Thursday, November 7, 2013

Bagaimana membuat Baterai Awet


     Jika ada teknologi yang bisa hilang dan menyebabkan kesusahan di peradaban manusia, teknologi baterai Lithium-ion (Li-ion) mungkin salah satunya. Maklum, penggunaan baterai Li-ion sudah begitu merasuk kehidupan manusia. Mulai dari notebook, tablet, smartphone, sampai sejumlah baterai AA (bukan yang 1,2V maupun 1,5V) yang kita gunakan sesungguhnya menggunakan teknologi Li-ion.
Ada banyak informasi yang menyertai kepopuleran baterai Li-ion ini. Sayangnya, informasi itu sering kali bertentangan. Contohnya soal boleh tidaknya notebook yang kapasitas baterainya sudah penuh tetap terhubung ke listrik. Atau bolehkah menghabiskan kapasitas baterai sampai nol baru kemudian diisi ulang lagi. Padahal informasi itu penting karena berhubungan dengan umur baterai.
Btw, yang kami maksud “umur” di sini bukan berapa lama durasi baterai ketika tidak tercolok ke listrik ya, melainkan usia baterai sampai akhirnya rusak dan harus diganti. Umur baterai Li-ion biasanya dinyatakan dalam discharge/charge cycle alias seberapa banyak dia dipakai dan diisi ulang. Setiap kali kamu memakai dan mengisi ulangnya, secara teoritis, daya tahan atau umurnya akan berkurang.

Batas Tegangan
      Untuk mengetahui mana yang benar mana yang salah, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu batasan tegangan yang umum digunakan oleh sebuah baterai Li-ion. Menurut penelitian Battery University yang bisa dilihat pada Gambar 1, baterai Li-ion (tepatnya berbagai sel penyimpan energi yang terdapat di dalamnya), punya batas atas tegangan pada 4,2V.
Setelah mencapai 4,2V, alat pengisi ulang (charger) seharusnya mematikan suplai daya. Baterainya sendiri seharusnya juga punya pengaman untuk memutus arus dari alat pengisi ulang jika voltase-nya mencapai 4,2V. Andai baterai Li-ion tersebut terus diisi ulang walau sudah 4,2V, kemungkinan baterai tersebut akan rusak atau bahkan mengakibatkan kebakaran.

Gambar 1 – Baterai Li-ion terisi penuh ketika arus pengisian turun ke tingkat yang telah ditentukan alias tegangan pada ujung tingkatan kedua, umumnya 4,2V. (Cadex)


        Karena ada sistem pengaman di sisi charger maupun baterai, seharusnya tidak ada masalah dong ketika kita tetap menancapkan charger meski baterai sudah terisi penuh? Ternyata tidak. Kamu sebaiknya tetap mencabut charger tersebut dari perangkat kamu.
Kenapa? Pertama untuk jaga-jaga andaikata charger dan baterai Li-ion yang digunakan tidak mengimplementasikan pengaman. Alasan kedua, ketika didiamkan, baterai Li-ion tetap akan melepas sejumlah muatan listrik meski tidak dibebani (atau disebut self discharging). Jadi, sel pada baterai Li-ion tersebut akan turun tegangannya. Ketika tegangan di sel kurang dari 4,05V, sejumlah charger secara otomatis akan mengisi ulang baterai Li-ion bersangkutan sampai selnya mencapai 4,2V. Dengan kata lain, baterai akan terus mengalami pengisian ulang dalam jeda yang singkat sehingga mengurangi umur baterai.
Bagaimana dengan pembuangan muatan listrik atau pembuangan energi (discharge)? Baterai Li-ion juga tidak bisa melakukan pembuangan muatan listrik secara berlebihan. Umumnya batas bawah tegangan ini pada level sel adalah 3,0V. Tegangan yang terlampau rendah bisa membuat baterai Li-ion mengalami hubungan pendek sehingga berbahaya bila diisi ulang. Namun untungnya, fitur pengaman yang terpasang di baterai umumnya akan menidurkan baterai Li-ion bila mencapai tegangan 2,7V. Baterai Li-ion yang sudah ditidurkan ini, sayangnya tidak bisa diisi ulang menggunakan kebanyakan charger.

Kapan Melakukan Pengisian Ulang?
       Lalu pada tingkat kandungan energi tersisa berapa yang tepat untuk melakukan pengisian ulang? Jika kamu ingin memperoleh nilai discharge/charge cycle yang optimal, berdasarkan penelitian yang dilakukan situs yang didirikan oleh Isidor Buchmann (penulis Batteries in a Portable World – A Handbook on Rechargeable Batteries for Non-Engineers), lakukan pengisian ulang ketika tingkat energi tersisa sudah mencapai 50%. Perbandingan antara pengisian ulang pada sejumlah tingkat kandungan energi tersisa terhadap nilai discharge/charge cycle bisa dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 – Pengaruh depth of discharge terhadap jumlah discharge/charge cycle. (Battery University)

       Dari tabel di atas terlihat, nilai minimal DOD x Cycle terjadi jika baterai diisi ulang pada saat kapasitasnya terpakai 10% dan 100%. Artinya, jangan biasakan mengisi ulang menunggu baterai habis terlebih dahulu. Juga, jangan biasakan mengisi ulang baterai ketika baru terpakai sedikit. Selain itu, nilai discharge/charge cycle pun dipengaruhi oleh sejauh mana kamu melakukan isi ulang. Dari Gambar 3 bisa dilihat bahwa mengisi ulang baterai sebaiknya jangan sampai penuh.
Hal yang mirip juga berlaku untuk suhu: suhu yang tinggi mempercepat hilangnya energi yang tersimpan. Selengkapnya bisa dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3 – Pengaruh tegangan pada tingkat sel terhadap jumlah discharge/charge cycle dan kapasitas. (Battery University)
Gambar 4 – Estimasi kapasitas yang bisa bertahan ketika menyimpan baterai Li-ion selama satu tahan pada sejumlah suhu. (Battery University)
Kalibrasi
       Untuk mencegah indikator kandungan energi tersisa menjadi tidak akurat, tiga bulan sekali gunakan baterai Li-ion sampai kandungan energinya habis (dalam artian sampai batas bawah tegangan), lalu isi ulang sampai penuh (dalam artian sampai batas atas tegangan). Tujuannya agar alat yang bertugas melakukan pengukuran bisa melakukan kalibrasi.
Jika frekuensi discharge/charge cycle kamu tinggi, kalibrasi ini bisa dilakukan kurang dari tiga bulan. Kamu bisa melakukan kalibrasi ini bila discharge/charge cycle sudah mencapai empat puluh dari saat terakhir kali kalibrasi.

Apa yang Sebaiknya Dilakukan?
         Jadi dari sejumlah hal di atas bisa disimpulkan bahwa agar baterai Li-ion tahan lama alias umurnya panjang, sebaiknya kamu melakukan sejumlah hal berikut ini:
•    Gunakan baterai dan alat pengisi ulang yang dilengkapi dengan pengaman yang benar.
•    Jangan sampai kandungan energinya habis baru melakukan pengisian ulang baterai.
•    Jangan mengisi ulang baterai sampai penuh.
•    Kalau mengisi ulang baterai sampai penuh, charger harus segera dilepas.
•    Jaga agar suhu baterai Li-ion tidak panas, baik saat digunakan, diisi ulang, maupun disimpan.
•    Pakai baterai sampai habis dan lakukan pengisian ulang sampai penuh tiga bulan sekali atau setelah empat puluh discharge/charge cycle.
 Nah, semoga dengan langkah-langkah di atas, baterai kamu bisa panjang umur.

Wednesday, November 6, 2013

"Kami Bukan Pesaing Facebook"

Dave Morin, pendiri sekaligus CEO Path



VIVAnews - Indonesia bak magnet bagi sejumlah media sosial ternama. Populasi penduduk nyaris 250 juta orang, dengan total pengguna Internet diperkirakan mencapai 82 juta akhir tahun ini, membuat sederet media sosial asal Amerika Serikat dengan cepat melejit di Tanah Air.

Dimulai dari Friendster, MySpace, kini Facebook dan Twitter berkuasa. Menyusul Path, aplikasi media sosial yang berjalan hanya di perangkat bergerak, seperti ponsel dan tablet, baik yang berbasis Android maupun Apple iOS.
Memulai debutnya pada November 2010, atau tepat tiga tahun lalu, Path kini menjelma jadi salah satu aplikasi media sosial mobile terpopuler yang dipakai pengguna ponsel pintar di Indonesia, khususnya pengguna iPhone dan Android.

Bagi Path, Indonesia adalah negeri istimewa. Indonesia sudah menjadi negara penyumbang trafik terbesar untuk Path. Trafik pengguna Indonesia bahkan mengalahkan trafik pengguna Path di negara asalnya, Amerika Serikat.

Itu sebabnya Dave Morin, pendiri sekaligus CEO Path, penasaran dengan penggunanya di Indonesia. Ia rela terbang jauh-jauh ke Jakarta untuk mempelajarinya langsung. Lalu apa rencana Morin di Indonesia, dan bagaimana wajah Path di masa depan?
VIVAnews melakukan wawancara eksklusif dengan Morin, Jumat 1 November 2013 lalu. Berikut petikannya:

Apa yang membuat Anda memulai Path?

Saya ingin membuat jejaring sosial yang lebih personal, hanya menghubungkan seseorang dengan keluarga dan teman-teman dekat. Makanya kami membatasi jumlah teman hingga 150 orang saja. Sehingga, di Path orang lebih bisa menjadi dirinya, lebih apa adanya, dan berbagi lebih tentang apa pengalaman mereka kepada keluarga dan teman-teman datang.

Tapi, di Indonesia, Path tampaknya digunakan selayaknya Twitter, Tumblr, atau mungkin Facebook. Bagaimana menurut Anda?

Ya, sangat menarik. Kami memang baru mulai mempelajari itu. Makanya saya datang langsung dari Amerika Serikat ke sini. Kami ingin mengenal lebih jauh apa yang diinginkan masyarakat Indonesia. Apa yang mereka suka dan inginkan. Setelah itu mungkin kami akan membuatkan inovasinya di Path.

Kelihatannya Indonesia jadi pasar yang sangat penting buat Anda dan Path sekarang. Seberapa besar trafik pengguna Path dari Indonesia?
Jumlah pengguna kami di Indonesia ada sekitar empat juta, dan terus bertambah. Secara global, kami punya 20 juta pengguna. Tapi, secara bulanan, Indonesia menguasai sepertiga trafik Path global.
Sedangkan, secara harian, setengah dari trafik Path berasal dari ndonesia. Jadi, saya bisa katakan, Indonesia adalah negara pengguna Path terbesar nomor satu untuk saat ini. Baru setelah itu AS di posisi kedua.

Mengapa bisa Indonesia?

Karena orang-orang Indonesia itu mudah mengadopsi hal-hal baru yang inovatif. Bahkan mungkin yang paling mudah beradaptasi dengan teknologi baru dibandingkan negara-negara lain di dunia.

Sekarang siapa yang menjadi target segmen Path?

Tentu saja keluarga-keluarga dan kelompok teman yang ada di dunia. Siapa saja jadi target pasar kami sekarang. Tapi, berdasarkan survei, pengguna paling aktif kami secara rata-rata adalah perempuan 19 tahun. Untuk Anda ketahui, jumlah pengguna perempuan di Path lebih besar daripada laki-laki.

Bagaimana cerita di balik nama 'Path'?

Idenya, kami ingin orang-orang mempunyai jurnal, sehingga mereka bisa menulis dan berbagi apa saja di jurnal itu. Seperti buku diary. Hanya saja, di dalam Path Anda bisa berbagi ke orang lain secara lebih mudah, teks, foto, pengalaman, dan hanya pada orang-orang terdekat.

Karena jurnal, kami mencari nama yang lebih sederhana dan mudah diingat orang. Maka muncullah nama Path.

Kalau Path tentang jurnal harian, media sosial lain pun boleh dibilang membuat konsep yang sama. Tumblr, misalnya. Lalu apa yang membuat Path berbeda?

Path lebih privat. Yang lainnya bersifat publik, seperti Tumblr. Semua orang di dunia bisa melihat apa yang Anda tulis dan share di situ. Di Path, orang-orang yang bisa melihat laman Anda hanya orang-orang yang memang kenal dan dekat.

Selain itu, kami sangat memikirkan tentang kualitas. Path menawarkan kualitas media sosial tingkat tinggi. Kami benar-benar memikirkan desain dan fitur hingga menjadi Path seperti sekarang ini, sederhana tapi premium.

Apa yang kami pelajari di Indonesia, Internet berjalan lamban. Itu sedikit banyak berpengaruh pada Path. Kami berharap agar kecepatan Internet bisa lebih cepat, sehingga Path bisa berjalan dengan sempurna. Sambil menunggu itu, kami juga melakukan improvisasi jaringan supaya Path lebih cepat diakses.

Bagaimana Anda melihat Facebook. Apakah dia rival terkuat untuk Path?

Bisa ya, bisa tidak. Bagaimana pun banyak sekali perbedaan antara Facebook dan Path. Facebook itu media sosial publik, dan bisa diakses dari mana saja. Sedangkan Path media sosial privat dan hanya diakses dari perangkat bergerak, ponsel dan tablet.

Berapa valuasi Path sekarang ini?

Sekitar US$250 juta (setara Rp2,8 triliun).

Ada rencana untuk go public?

Mungkin ya, suatu hari nanti. Beberapa tahun lagi. Tapi, tidak untuk saat ini. Masih terlalu dini.

Kalau Path ditawar Facebook, apakah Anda akan menjualnya?

Kami tidak menjual Path ke siapapun. Kami ingin membangun perusahaan jangka panjang.

Walau ditawar dengan jumlah yang sangat besar?

Ya. Penawaran saham perdana ke publik masih lebih mungkin daripada melepas perusahaan ke perusahaan lain. Kami telah membuat rencana panjang untuk Path. Ini bukan projek jangka pendek. Karena itu pula saya datang ke sini. Pengguna adalah segalanya untuk kami. Kami ingin membuat mereka nyaman, sampai sekarang kami tidak mengganggu mereka dengan iklan di Path.

Lalu bagaimana Anda mendapatkan uang dari Path jika berjalan tanpa iklan?

Ada dua cara. Pertama, kami baru saja meluncurkan program langganan premium. Sistemnya berbayar. Siapapun bisa berlangganan dengan produk premium Path, bulanan atau tahunan. US$1,99 per bulan untuk Android, US$4,99 per tiga bulan untuk iOS, dan US$14,9 per tahun untuk kedua platform.

Dengan itu, Anda bisa mengakses semua filter foto, stiker, dari Path Shop. Mereka, para pelanggan premium, mendapat akses eksklusif untuk beberapa fitur Path, seperti filter foto dan sticker.

Kedua, dari sticker dan layanan filter foto itu sendiri. Kami juga menjualnya dan mendapatkan untung dari situ. Tapi, laba dari keduanya belum terlihat, karena untuk langganan berbayar baru diluncurkan sebulan lalu.

Apa yang meyakinkan Anda bahwa Path bisa bertahan?

Kami mementingkan kualitas dan pengalaman terbaik pada pengguna. Kami ingin pengguna leluasa dan nyaman berbagi pengalaman mereka yang sifatnya personal dengan teman-teman terdekat mereka di Path. Itu akan membuat karakter Path lebih kuat dari yang lain.

Secara logis, tentu akan lebih sulit untuk mengalahkan Tumblr, Twitter, apalagi Facebook, kalau Path sendiri bersifat privat?

Kami memang tidak ingin menjadi sebesar mereka. Facebook mempunyai miliaran pengguna. Kami cukup senang dengan jumlah pengguna yang lebih kecil, tapi dengan kualitas dan pengalaman yang lebih tinggi. Kalaupun jumlah pengguna kami bisa sebesar mereka, kami memang senang. Tapi, bukan itu tujuan utama kami.

Lalu, apa yang menjadi tujuan utama Path?

Memberikan pengalaman dan kualitas media sosial tertinggi pada pengguna. Juga mendapatkan pengguna baru di dunia. Itu saja. Sederhana. Tahun ini, kami target 25 juta pengguna, yang mana kami yakin bisa meraih target itu. Tahun depan, kami target 50 juta pengguna. Mungkin setelah itu pertumbuhannya akan lebih lamban.

Bagaimana dengan rencana Anda di Indonesia? Apakah Anda datang untuk melakukan sesuatu supaya bisa mendapatkan lebih banyak pengguna baru?

Itu salah satu alasan saya datang ke sini. Kami mencari mitra sekaligus mempelajari apa yang menjadi keinginan pengguna Path di Indonesia. Bertemu dengan mereka dan berdiskusi, membicarakan apa yang bisa dikembangkan ke depannya bersama Path.

Apakah sudah punya ide untuk Indonesia?

Sebenarnya kami masih riset. Seperti saya baru tahu bahwa orang-orang di Indonesia suka mempunyai banyak akun (multiple account). Kami ingin tahu, apa yang mereka lakukan dengan akun-akun itu, alasan mereka mempunyai akun lebih dari satu. Ini adalah hal yang baru pertama kali saya dengar. Dari situ, mungkin kami bisa merancang sesuatu yang berhubungan dengan itu.
Selain itu, pengguna Path di Indonesia suka melihat-lihat foto, sehingga mereka menginginkan proses memuat foto lebih cepat. Satu lagi, kami baru tahu banyak orang di sini menonton video dari perangkat Android. Jadi, kami akan memungkinkan video muncul di Path versi Android sebelum akhir tahun ini.
Punya sesuatu yang baru dari Path yang bisa Anda bagi kepada pengguna di Indonesia?

Kami sedang menyiapkan sesuatu yang keren di Path. Tapi, maaf, saya belum bisa membicarakannya sekarang. Jadi, tunggu saja.